Pengertian Self-Esteem
Evaluasi terhadap diri sendiri dikenal sebagai self-esteem yaitu evaluasi diri yang dibuat oleh setiap individu, sikap seseorang terhadap dirinya sendiri dalam rentang dimensi positif-negatif (Baron & Byrne dalam Widyastuti, 2014). Buss (dalam Suhron, 2017) memberikan pengertian self-esteem sebagai penilaian individu terhadap dirinya sendiri, yang sifatnya implisit dan tidak diverbalisasikan.
Harga diri (self-esteem) adalah bagian evaluasi dari konsep diri, penilaian yang dibuat anak mengenai keberhargaan mereka. Dalam sudut pandang aliran Neo-Piaget, harga diri didasari oleh kemampuan kognitif anak yang tumbuh menggambarkan dan mendefinisikan diri mereka sendiri (Papalia, Olds, Feldman, 2013).
Rosenberg (dalam Masriah, Putri, dan Radiaswati, 2012) menjelaskan bahwa harga diri (self-esteem) adalah penilaian seseorang terhadap dirinya yang ditampilkan melalui sikap positif atau negatif terhadap dirinya. Harga diri yang positif akan membangkitkan rasa percaya diri, penghargaan diri, rasa yakin akan kemampuan diri, rasa berguna serta rasa bahwa kehadirannya diperlukan didunia ini. Sebaliknya, seseorang yang memiliki harga diri yang negatif akan cenderung merasa bahwa dirinya tidak mampu dan tidak berharga, cenderung takut menghadapi respon dari orang lain, tidak mampu membina komunikasi yang baik dan cenderung merasa hidupnya tidak bahagia (Simbolon dalam Masriah, Putri, dan Radiaswati, 2012).
Well dan Marwell (dalam Rahman, 2014) menyebutkan empat tipe pengertian self-esteem. Pertama, self-esteem dipandang sebagai sikap. Seperti sikap-sikap yang lainnya, self-esteem menunjuk pada suatu objek tertentu yang melibatkan reaksi kognitif, emosi, dan perilaku, baik positif maupun negatif. Kedua, self-esteem dipandang sebagai perbandingan antara ideal self dan real self. Self-esteem akan tinggi jika real self semakin mendekati ideal self, dan begitu sebaliknya. Ketiga, self-esteem dianggap sebagai respons psikologis seseorang terhadap dirinya sendiri, lebih dari sekedar sikap. Dan yang keempat, self-esteem dipahami sebagai komponen dari kepribadian atau self system seseorang.
Menurut Murk (dalam Rahman, 2014) terdapat tiga klasifikasi dalam mendefinisikan self-esteem. Pertama, self-esteem dipandang sebagai suatu kompetensi. Dalam hal ini, self-esteem dihubungkan dengan kesuksesan, kemampuan, dan kompetensi objektif yang dimiliki. Kedua, self-esteem dipandang sebagai perasaan berharga. Ketiga, self-esteem dipandang sebagai suatu kompetensi dan perasaan berharga.
Menurut Branden (dalam Rahman, 2014), self-esteem merupakan kecendrungan seseorang untuk merasa mampu didalam mengatasi suatu masalah dan merasa berharga. Dengan kata lain, self-esteem merupakan integrasi dari kepercayaan pada diri sendiri dan penghargaan pada diri sendiri.
Coopersmith (dalam Suhron, 2017) memberikan pengertian tentang harga diri sebagai penilaian diri yang dipengaruhi oleh sikap, interaksi, penghargaan, dan penerimaan orang lain terhadap individu.
Berdasarkan definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa self-esteem (harga diri) merupakan cara individu dalam memberikan persepsi, penilaian, dan evaluasi terhadap dirinya sendiri yang bersumber dari dalam diri dan interaksi dengan lingkungan.
Aspek-aspek self-esteem
Menurut Coopersmith (dalam Suhron, 2017) aspek-aspek yang terkandung dalam self-esteem ada tiga yaitu :
- Perasaan berharga. Perasaan berharga merupakan perasaan yang dimiliki individu ketika individu tersebut merasa dirinya berharga dan dapat menghargai orang lain. Individu yang merasa dirinya berharga cenderung dapat mengontrol tindakan-tindakannya terhadap dunia luar dirinya. Selain itu individu tersebut juga dapat mengekspresikan dirinya dengan baik dan dapat menerima kritik dengan baik
- Perasaan mampu. Perasaan mampu merupakan perasaan yang dimiliki oleh individu pada saat dia merasa mampu mencapai suatu hasil yang diharapkan. Individu yang memiliki perasaan mampu umumnya memiliki nilai-nilai dan sikap yang demokratis serta orientasi yang realistis. Individu ini menyukai tugas baru yang menantang, aktif dan tidak cepat bingung bila segala sesuaut berjalan diluar rencana. Mereka tidak menganggap dirinya sempurna tetapi sadar akan keterbatasan diri dan berusaha agar ada perubahan dalam dirinya. Bila individu merasa telah mencapai tujuannya secara efisien maka individu tersebut akan menilai dirinya secara tinggi
- Perasaan diterima. Perasaan diterima merupakan perasaan yang dimiliki oleh individu ketika ia dapat diterima sebagai dirinya sendiri oleh suatu kelompok. Ketika seseorang berada pada suatu kelompok dan diperlakukan sebagai bagian dari kelompok tersebut, maka ia akan merasa dirinya diterima serta dihargai oleh anggota kelompok itu
Pembentukan self-esteem
Mukhlis (dalam Ghufron & Risnawita, 2011) mengatakan bahwa pembentuk harga diri pada individu dimulai sejak individu mempunyai pengalaman dan interaksi sosial, yang sebelumnya didahului dengan kemampuan mengadakan persepsi. Secara spesifik pembentukan harga diri terjadi sejak usia pertengahan kanak-kanak dan terus berkembang hingga sampai remaja akhir (Papalia dalam Suhron, 2017).
Self-esteem erat kaitannya dengan mekanisme pembentukan self-esteem masa sebelum remaja mengalami perkembangan dan tiap individu memiliki kadar self-esteem yang berbeda mulai dari yang positif dan negatif. Menurut Darajat (dalam Ghufron & Risnawita, 2011) harga diri sudah terbentuk pada saat masa kanak-kanak sehingga seorang anak sangat perlu mendapatkan rasa penghargaan dari orang tuanya. Proses selanjutnya, harga diri terbentuk melalui perlakuan yang diterima individu dari orang lingkungannya, seperti dimanja dan diperhatikan orang tua dan orang lain. Dengan demikian harga diri bukan merupakan faktor yang dapat dipelajari dan terbentuknya sepanjang pengalaman individu.
Coopersmith (dalam Ghufron & Risnawita, 2011) mengemukakan bahwa pembentukan harga diri dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
- Keberartian individu. Keberartian diri menyangkut seberapa besar individu percaya bahwa dirinya mampu, berarti, dan berharga menurut standar dan nilai pribadi. Penghargaan inilah yang dimaksud dengan keberartian diri
- Keberhasilan seseorang. Keberhasilan yang berpengaruh terhadap pembentukan harga diri adalah keberhasilan yang berhubungan dengan kekuatan atau kemampuan individu dalam mempengaruhi dan mengendalikan diri sendiri maupun orang lain
- Kekuatan individu. Kekuatan individu terhadap aturan-aturan, norma, dan ketentuan-ketentuan yang ada dalam masyarakat. Semakin taat terhadap hal-hal yang sudah ditetapkan dalam masyarakat, maka semakin besar kemampuan individu untuk dapat dianggap sebagai panutan masyarakat. Oleh sebab itu, semakin tinggi pula penerimaan masyarakat terhadap individu yang bersangkutan dan akan mendorong harga diri yang tinggi.
- Performansi individu yang sesuai dalam mencapai prestasi yang diharapkan. Apabila individu mengalami kegagalan, maka harga dirinya akan menjadi rendah. Sebaliknya, apabila performansi seseorang sesuai dengan tuntutan dan harapan, maka akan mendorong pembentukan harga diri yang tinggi
Kreitner dan Kinicki (dalam Suhron, 2017) mengungkap terdapat enam faktor yang membangun self-esteem, yaitu :
- Goal setting (merencanakan tujuan). Pada masa remaja dalam menentukan tujuan hidup yang ingin dicapai dibutuhkan usaha dan keinginan yang kuat (ambisi) untuk mencapainya khususnya dalam belajar dan meraih prestasi
- Risk taking (mengambil resiko). Berani untuk mengambil resiko untuk memenuhi dan mencapai tujuannya karena remaja tidak akan pernah mengetahui kemampuan diri sendiri jika tidak mau mengambil resiko
- Opening up (membuka diri). Jika remaja membuka diri dan berbagi rasa dengan orang lain maka akan mudah baginya untuk mengenali diri sendiri
- Wisechoice making (membuat keputusan yang bijaksana). Jika remaja dapat membuat keputusan yang benar maka akan meningkatkan self-confidence dan self-esteem
- Time sharing (berjalan sesuai dengan waktu). Jangan selalu memberikan tekanan dan paksaan pada diri sendiri untuk mendapatkan perubahan karena tidak mungkin perubahan bisa didapat secara langsung. Dalam hal ini remaja dapat bertukar pendapat dan berdiskusi untuk mendukung prestasi belajarnya
- Healing (penyembuhan). Penyembuhan dalam arti fisik dan mental dan hal itu bisa dilakukan dengan cara membuat komitmen dan bersyukur. Dalam hal ini remaja bersyukur dan memahami potensi yang dimiliki untuk menunjang prestasi belajarnya meskipun dalam meraih cita-citanya tidak semudah untuk mencapainya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi self-esteem
Menurut McLoed, Owens, & Powell (dalam Suhron, 2017), faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri seseorang adalah :
- Usia. Perkembangan self-esteem ketika seseorang memasuki masa anak-anak dan remaja, seseorang akan memperoleh harga diri mereka dari teman, orang tua dan guru pada saat mereka bersekolah
- Ras. Keanekaragaman budaya dan ras tertentu dapat mempengaruhi self-esteemnya untuk menjunjung tinggi rasnya
- Etnis. Dalam kehidupan sosial dan bermasyarakat terdapat etnis tetentu yang menilai bahwa sukunya lebih tinggi derajatnya sehingga dapat mempengaruhi self-esteemnya
- Pubertas. Merupakan periode transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa ditandai munculnya karakteristik seks sekunder dan kemampuan reproduksi seksual yang dapat menimbulkan perasaan menarik sehingga mempenaruhi self-esteem
- Berat badan. Rangkaian perubahan berat badan yang paling jelas tampak pada masa remaja adalah perubahan fisik. Hormon-hormon baru diproduksi oleh kelenjar endokrin, dan membawa perubahan dalam ciri-ciri seks primer dan memunculkan ciri-ciri seks sekunder. Seorang individu lalu mulai terlihat berbeda dan sebagai konsekuensi dari hormon yang baru dalam penambahan atau penurunan berat badan, dia sendiri mulai merasa adanya perbedaan
- Jenis kelamin. Menunjukkan bahwa remaja pria akan menjaga harga dirinya untuk bersaing dan berkeinginan menjadi lebih baik dari remaja putri khususnya dalam mencapai prestasi belajar dikelas sehingga dapat mempengaruhi harga diri remaja tersebut. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa remaja putri mudah terkena gangguan citra diri dibandingkan dengan remaja putra.
Karakteristik individu dengan self-esteem yang tinggi dan rendah
Coopersmith (dalam Suhron, 2017) membagi karakteristik harga diri individu menjadi dua golongan, yaitu :
- Individu dengan harga diri yang tinggi
- Aktif dan dapat mengekspresikan diri dengan baik
- Berhasil dalam bidang akademik dan menjalin hubungan sosial
- Dapat menerima kritik dengan baik
- Percaya pada persepsi dan reaksinya sendiri
- Tidak terpaku pada dirinya sendiri atau hanya memikirkan kesulitan sendiri
- Memiliki keyakinan diri, tidak didasarkan atas fantasi, karena mempunyai kemampuan, kecakapan dan kualitas diri yang tinggi
- Tidak terpengaruh oleh penilaian orang lain tentang kepribadian
- Lebih mudah menyesuaikan diri dengan suasana yang menyenangkan sehingga tingkat kecemasannya rendah dan memiliki ketahanan diri yang seimbang
- Individu dengan harga diri yang rendah
- Memiliki perasaan inferior
- Takut gagal dalam membina hubungan sosial
- Terlihat sebagai orang yang putus asa dan depresi
- Merasa diasingkan dan tidak diperhatikan
- Kurang dapat mengekspresikan diri
- Sangat tergantung pada lingkungan
- Tidak konsisten
- Secara pasif mengikuti lingkungan
- Menggunakan banyak taktik memperhatikan diri (defense mechanism)
- Mudah mengakui kesalahan
Comments
Post a Comment