BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Sejak awal permasalahan teologis dikalangan umat Islam telah terjadi perbedaaan dalam bentuk praktis maupun teoritis. Perbedaan tersebut tampak melalui perdebatan dalam masalah kalam yang ahirnya menimbulkan berbagai aliran-aliran dalam Islam. Dalam perdebatan tentang teologi ini, yang diperdebatkan bukanlah akidah-akidah pokok seperti iman kepada Allah, kepada malaikat dan lain sebagainya, melainkan perdebatan masalah akidah cabang yang membahas bagaimana sifat Allah, Al-Qur’an itu baru ataukah qodim, malaikat itu termasuk golongan jin atau bukan, dan hal-hal yang berkaitan dengan itu.
Pebedaan tersebut ahirnya menimbulkan berbagai macam aliran diantaranya seperti Khawarij, Syiah, Murji’ah, Mu’tazilah, Jabariyah dan Qodariyah, Asy’ariyah dan Maturidiyah. Dalam bab ini kita akan membahas sedikit banyak tentang aliran Qodariyah dan Jabariyah yang juga timbul akibat dari adanya permasalahan-permasalahan kalam.
B. RUMUSAN MASALAH
- Jelaskan awal mula terbentuknya aliran Jabariyah !
- Sebutkan doktrin-doktrin dalam aliran Jabariyah !
- Jelaskan awal mula terbentuknya aliran Qodariyah !
- Sebutkan doktrin-doktrin dalam aliran Qodariyah !
C. TUJUAN
- Agar mengetahui awal mula aliran Jabariyah
- Agar mengetahui apa saja doktrin aliran Jabariyah
- Agar mengetahui awal mula aliran Qodariyah
- Agar mengetahui apa saja doktrin aliran Qodariyah
BAB II
PEMBAHASAN
1. ASAL USUL KEMUNCULAN JABARIYAH
Kata jabariyah berasal dari bahasa arab jabara yang artinya memaksa. Didalam Al-Munjid, dijelaskan bahwa jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa dan mengharuskan melakukan sesuatu. Salah satu sifat Allah adalah Al-Jabbar berarti Allah Maha Memaksa. Sedangkan secara istilah Jabariyah adalah menolak adanya perbuatan dari manusia dan menyandarkan semua perbuatan kepada Allah. Dengan kata lain manusia mengerjakan perbuatan dalam keadaan terpaksa (majbur).
Mengenai awal mula lahirnya paham jabariyah tidak ada penjelasan yang sarih. Abu Zahrah menuturkan bahwa paham jabariyah muncul sejak zaman sahabat dan masa Bani Umayyah. Ketika para ulama membicarakan tentang masalah Qadar dan kekuasaan manusia yang berhadapan dengan kekuasaan mutlak Tuhan.
Adapaun tokoh yang mendirikan aliran ini menurut Abu Zahrah dan al-Qasimi adalah Jahm bin Safwan, yang bersamaan dengan munculnya aliran Qadariayah.
Pendapat lain mengatakan bahwa paham ini telah muncul sejak sebelum agama Islam datang ke masyarakat Arab. Kehidupan bangsa Arab yang diliputi oleh gurun pasir sahara telah memberikan pengaruh besar dalam cara hidup mereka. Di tengah bumi yang disinari terik matahari dengan air yang sangat sedikit dan udara yang panas ternyata tidak memberikan kesempatan bagi tumbuhnya pepohonan dan suburnya tanaman, tapi yang tumbuh hanya rumput yang kering dan beberapa pohon kuat untuk menghadapi panasnya musim serta keringnya udara.
Harun Nasution menjelaskan bahwa dalam situasi demikian masyarakat arab tidak melihat jalan untuk mengubah keadaan disekeliling mereka sesuai dengan kehidupan yang diinginkan. Mereka merasa lemah dalam menghadapi hidup. Artinya mereka banyak tergantung dengan alam, sehingga menyebabakan mereka memiliki paham fatalisme (jabariyah).
Terlepas dari perbedaan pendapat tentang awal mula lahirnya paham jabariyah, berikut ayat-ayat yang menunjukkan tentang latar belakang lahirnya paham jabariyah :
a. QS Ash-Shaffat: 96
وَاللَّهُخَلَقَكُمْوَمَاتَعْمَلُونَ
“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu”.
b. QS al-Anfal: 17
فَلَمْتَقْتُلُوهُمْوَلَٰكِنَّاللَّهَقَتَلَهُمْ ۚ وَمَارَمَيْتَإِذْرَمَيْتَوَلَٰكِنَّاللَّهَرَمَىٰ ۚ وَلِيُبْلِيَالْمُؤْمِنِينَمِنْهُبَلَاءًحَسَنًا ۚ إِنَّاللَّهَسَمِيعٌعَلِيمٌ
Artinya : “ Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
2. DOKTRIN-DOKTRIN ALIRAN JABARIYAH
Asy-Syahratsani berpendapat bahwa aliran jabariyah dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu ekstrim dan moderat.
a. Jabariyah ekstrim
Disebut sebagai jabariyah ekstrim adalah karena pendapatnya bahwa perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan yang timbul dari manusia senditi, tetapi perbuatan yang dipaksakan atas dirinya. Salah satu tokoh dari aliran Jabariyah ekstrim adalah Jahm bin Sofyan. Ia adalah seorang da’i yang fasih dan lancar (orator), menjabat sebagai sekretaris Harits bin Surais, seorang mawali yang menentang pemerintahan Bani Umayah dari Khurasam.
Berikut beberapa pendapat Jahm yang berkaitan dengan persoalan teologi :
- Manusia tidak mampu berbuat apa-apa
- Surga dan neraka tidak kekal
- Iman adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati dan Kalam tuhan adalah makhluk
Selain Jahm bin Sofyan, Ja’d bin Dirham pun merupakan tokoh aliran Jabariyah yang pada awalnya dipercaya mengajar di lingkungan Bani Umayah, tetapi setelah tampak pemikirannya yang kontroversial, Bani Umayah menolaknya. kemudian Ja’d lari dari kuffah dan bertemu dengan Jahm, lalu mentransfer pikirannya kepada Jahm untuk disebarluaskan.
Berikut beberapa pikiran Ja’d yang secara umum sama dengan Jahm :
- Al-Qur’an adalah makhluk
- Allah tidak memiliki sifat yang serupa dengan makhluknya
- Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-galanya
b. Jabariyah moderat
Sebagai jabariyah moderat adalah karena pendapatnya bahwa Tuhan menciptakan perbuatan manusia, baik itu positif atau negatif, tetapi manusia mempunyai bagian di dalamnya. An-Najjar adalah salah satu tokoh jabariyah yang para pengikutnya disebut An-Najjariyah/Al-Husainiyah.
Berikut beberapa pendapat An-Najjar dalam aliran jabariyah moderat :
- Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia mengambil bagian/peran dalam mewujudkan perbuatannya
- Tuhan tidak dapat dilihat di akhirat,kecuali Tuhan memindahkan potensi hati (ma’rifat) pada manusia.
Tokoh lain yang memprakarsai ajaran jabariyah moderat adalah Adh-Dhirar. Secara umum Pendapat-pendapatnya hampir sama dengan pendapat An-Najjar.
3. ASAL-USUL KEMUNCULAN QODARIYAH
Qodariyah berasal dari bahasa Arab qadaro yang artinya kemampuan/kekuatan. Secara terminologi merupakan suatu aliran yang mempercayai bahwasannya segala tindakan manusia tidak di intervensi oleh Tuhan, manusia adalah pencipta segala perbuatannya, dapat berbuat/meninggalkan sesuatu atas kehendaknya.
Harun Nasution berpendapat bahwa qadariyah berasal dari pengertian bahwasannya manusia mempunyai qudroh/kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan.
Mengenai kapan dan siapa saja tokoh-tokohnya masih menjadi perdebatan. Menurut Ahmad Amin, terdapat ahli teologi yang mengatakan bahwa Qadariyah pertama kali dimunculkan oleh Ma’bad Al-jauhani dan Ghailan Ad-Dimasyqy.
Namun Ibnu Nabatah dalam kitabnya Syarh Al-Uyun berpendapat yang bahwa pertama kali memunculkan faham qadariyah adalah orang Irak yang semula beragama Kristen kemudian masuk Islam dan kembali lagi ke agama Kristen. Sebagaimana yang dikatakan Muhammad Ibn Syu’ib yang memperoleh informasi dari Al-Auzai orang tersebut adalah Susan. Dari orang inilah Ma’bad dan Ghailan mengambil faham qadariyah.
4. DOKTIN-DOKTRIN QODARIYAH
Harun Nasotion menjelaskan pendapat Ghalian tentang doktrin qadariyah bahwa manusia berkuasa atas perbuatannya. Manusia melakukan baik ataupun buruk atas kehendak dan dayanya sendiri. Apabila seseorang berbuat baik akan diberi ganjaran kebaikan dengan surga, dan begitupun sebaliknya apabila seseorang berbuat buruk maka akan diberi ganjaran siksa dengan neraka, itu berdasarkan pilihannya sendiri bukan atas takdir Tuhan.
Oleh kerana itu, manusia yang berbuat akan mendapatkan balasannya sesuai dengan tindakannya. Faham takdir dalam pandangan qadariyah bukalah berarti manusia bertindak menurut nasib yang telah ditentukan sejak azali, melainkan takdir itu adalah ketentuan Allah yang diciptakan-Nya bagi alam semesta beserta seluruh isinya sejak azali, yaitu hukum yang dalam istilah AL-Qur’an disebut sebagai sunatullah.
Kaum qadariyah berpendapat bahwa tidak ada alasan yang tepat untuk menyandarkan segala perbuatan manusia kepada perbuatan Tuhan. Ayat-ayat Al-Qur’an yang mendukung faham ini adalah :
a. QS Al-Kahfi : 29
وَقُلِالْحَقُّمِنْرَبِّكُمْ ۖ فَمَنْشَاءَفَلْيُؤْمِنْوَمَنْشَاءَفَلْيَكْفُرْ ۚ إِنَّاأَعْتَدْنَالِلظَّالِمِينَنَارًاأَحَاطَبِهِمْسُرَادِقُهَا ۚ وَإِنْيَسْتَغِيثُوايُغَاثُوابِمَاءٍكَالْمُهْلِيَشْوِيالْوُجُوهَ ۚ بِئْسَالشَّرَابُوَسَاءَتْمُرْتَفَقًا
Artinya : “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek”.(QS. Al-Kahfi:29)
b. QS Ali Imran : 165
أَوَلَمَّاأَصَابَتْكُمْمُصِيبَةٌقَدْأَصَبْتُمْمِثْلَيْهَاقُلْتُمْأَنَّىٰهَٰذَا ۖ قُلْهُوَمِنْعِنْدِأَنْفُسِكُمْ ۗ إِنَّاللَّهَعَلَىٰكُلِّشَيْءٍقَدِيرٌ
Artinya : “dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), Padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: “Darimana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri”. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS.Ali Imran :165)
c. QS Ar-Ra’d : 11
لَهُمُعَقِّبَاتٌمِنْبَيْنِيَدَيْهِوَمِنْخَلْفِهِيَحْفَظُونَهُمِنْأَمْرِاللَّهِ ۗ إِنَّاللَّهَلَايُغَيِّرُمَابِقَوْمٍحَتَّىٰيُغَيِّرُوامَابِأَنْفُسِهِمْ ۗ وَإِذَاأَرَادَاللَّهُبِقَوْمٍسُوءًافَلَامَرَدَّلَهُ ۚ وَمَالَهُمْمِنْدُونِهِمِنْوَالٍ
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.] yang ada pada diri mereka sendiri”. (QS.Ar-R’d :11)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Paham Qadariyah adalah nama yang dipakai untuk salah satu aliran yang memberikan penekanan terhadap kebebsan dan kekuatan manusia dalam menghasilkan perbuatan-perbuatannya. Tokoh pemikirnya adalah Ma'bad al-Jauhani.
Dalam ajarannya, aliran Qadariyah sangat menekankan posisi manusia yang amat menentukan dalam gerak laku dan perbuatannya.Manusia dinilai mempunyi kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya sendiri atau untuk tidak melaksankan kehendaknya itu.
Jabariyah berarti menghilangkan perbuatan dari hamba secara hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebut kepada Allah SWT. Tokoh pemikirnya adalah al-Ja'ad ibn Dirham,aliran Jabariyah ini menganut paham bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam paham ini betul melakukan perbuatan, tetapi perbuatannya itu dalam keadaan terpaksa.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan agar Mahasiswa dapat lebih mengenal paham-paham yang ada dalam ajaran Islam.Dan bahwasanya setiap paham itu memiliki dalil tersendiri dari al-Qur'an. Sehingga diharapkan nantinya kita tidak mudah mengkafirkan paham yang lain. Perbedaan paham itu semata-mata hanyalah karena perbedaan pemahaman dalam mentafsirkan al-Qur'an.
DAFTAR PUSTAKA
- Anwar, rosihon dan rozak,abdul.2003.ilmu kalam.bandung.cv pustaka setia
- Anwar, rosihon dan rozak,abdul.2013.ilmu kalam edisi revisi.bandung.cv pustaka setia
- Nata, Abudin. 2001. Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawwuf. Jakarta: Rajawali Pers
Comments
Post a Comment