Pengertian Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf
Ilmu kalam
Secara harfiyah, ‘kalam berarti pembicaraan atau perkataan. Dari segi etimologis, perkataan ilmu kalam terdiri atas dua kata, yaitu ‘ilmu’ dan ‘kalam’. Ilmu yang berati pengetahuan, sedangkan kalam yang berarti perkataan, percakapan, dan firman. Ilmu kalam ini digunakan sebagai istilah ilmu yang membahas atau membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan aqidah islam, yaitu tentang wujud tuhan dan sifat-sifat yang memungkinkan ada pada-Nya, membicarakan para Rasul Tuhan untuk menetapkan kerasulannya dan mengetahui sifat-sifat yang tidak mungki ada padanya.
Ilmu kalam merupakan disiplin ilmu keislaman yang banyak mengedepankan pembicaraan tentang persoalan-persoalan kalam Tuhan. Persoalan-persoalan kalam tersebut biasanya mengarah sampai perbincangan yang mendalam dengan dasar-dasar dan argumentasi, baik argumentasi rasional(aqliyah) maupun naqliyah.
Filsafat
Kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta dan sophos yang berarti suatu kebijaksanaan atau shopia yang berarti kebijaksanaan, pengetahuan, keahlian, pengalaman, praktis, intelegensi. Secara singkat dapat dikatakan bahwa filsafat adalah cinta akan kebijaksanaan atau love of wisdom dalam arti yang sedalam-dalamnya. Dalam hubungan ini, Al-Syaibani berpendapat bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Dalam konteks ini, ia juga mengatakan bahwa filsafat berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.
Tasawuf
Secara etimologi, kata tasawuf adalah nisbah terhadap akar kata ‘shuf’ (baju wol), sehingga memiliki arti memakai baju wol. Tasawuf dapat diartikan sebagai jalan untuk memperoleh kecintaan dan kesempurnaan rohani. Selain itu, dapat pula diartikan berpindah dari kehidupan biasa menjadi kehidupan shufi (yang disucikan) yang selalu tekun beribadah dan jernih, bersih jiwa dan hatinya serta ikhlas karena Allah SWT semata-mata.
Titik persamaan Ilmu Kalam,Filsafat dan Tasawuf
Ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf memiliki kemiripan objek kajian. Objek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya. Objek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan disamping masalah alam, manusia, dan segala sesuatu yang ada. Sementara itu objek kajian tasawuf adalah tuhan, yakni adalah upaya-upaya pendekatan terhadapnya. Jadi, dilihat dari aspek objeknya ketiga ilmu itu membahas masalah yang berkaitan dengan ketuhanan.
Argumentasi filsafat, ilmu kalam dibangun di atas dasar logika. Oleh karena itu hasil kajiannya bersifat spekulatif (dugaan yang tidak dapat di buktikan secara empiris, riset, dan eksperimental). Kerelatifan hasil karya logika itu menyebabkan beragamnya kebenaran yang dihasilkan.
Baik ilmu kalam, sebagaimana filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran. Ilmu kalam dengan metodenya sendiri berusaha mencari kebenaran tentang tuhan dan yang berkaitan dengannya. Filsafat dengan wataknya sendiri pula, berusaha menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun manusia(yang belum atau tidak dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan karena berada diluar atau di atas jangkauannya), atau tentang tuhan. Sementara itu tasawuf juga dengan metodenya yang tifikal berusaha menghampiri kebenaran yang berkaitan dengan perjalanan menuju tuhan.
Titik perbedaan Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf
Perbedaan diantara ketiga ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya. Ilmu kalam, sebagai ilmu yang menggunakan logika, disamping argumentasi-argumentasi naqliyah berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama, yang sangat tampak apologinya. Pada dasarnya ilmu ini menggunakan metode dialektika (jadaliyah) dikenal juga dengan istilah dialog keagamaan, ilmu kalam berisi keyakinan-keyakinan kebenaran, praktek dan pelaksanaan ajaran agama, serta pengalaman keagamaan yang dijelaskan dengan pendekatan rasional.
Sementara itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. Metode yang digunakanpun adalah metode rasional, Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan (mengembarakan atau mengelanakan) akal budi secara radikal (mengakar) dan integral (menyeluruh) serta universal (mengalam) tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali ikatan tangannya sendiri yang bernama logika. Peranan filsafat sebagaimana dikatakan Socrates adalah berbepang teguh pada ilmu pengetahuan melalui usaha mejelaskan konsep-konsep (the gaining of conceptual clarity).
Adapun ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa daripada rasio. Oleh sebab itu, filsafat dan tasawuf sangat distingtif. Sebagai sebuah ilmu yang prosesnya diperoleh dari rasa, ilmu tasawuf bersifat sangat subjektif, yakni sangat berkaitan dengan pengalaman seseorang. Itulah sebabnya, bahasa tasawuf sering tampak aneh bila dilihat dari aspek rasio. Hal ini karena pengalaman rasa sangat sulit dibahasakan. Pengalaman rasa lebih mudah dirasakan langsung oleh orang yang ingin memperoleh kebenarannya dan mudah digambarkan dengan bahasa lambing, sehingga sangat interpretable (dapat diinterpretasikan bermacam-macam).
Sebagai orang memandang bahwa ketiga ilmu itu memiliki jenjang tertentu. Jenjang pertama adalah ilmu kalam, kemudian filsafat dan yang terakhir adalah ilmu tasawuf. Oleh sebab itu, merupakan suatu kekeliruan apabila dialektika kefilsafatan atau tasawuf teoretis diperkenalkan kepada masyarakat awam karena akan berdampak pada terjadinya ratonal jumping (lompatan pemikiran).
Perbedaan diantara ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya yaitu:
- Ilmu kalam
- Sebagai ilmu yang menggunakan logika (disamping argumentasi-argumentasi naqliyah).
- Berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama yang sangat tampak nilai-nilai apologinya.
- Berisi keyakinan-keyakinan agama yang dipertahankan melalui argumen-argumen rasional.
- Bermanfaat sebagai ilmu yang mengajak orang yang baru untuk mengenal rasio sebagai upaya untuk mengenal Tuhan secara rasional.
- Ilmu ini menggunakan metode dialektika (jadaliyah/dialog keagamaan).
- Berkembang menjadi teologi rasional dan tradisional.
- Filsafat
- Menggunakan metode rasional.
- Berpegang teguh pada ilmu pengetahuan melalui usaha menjelaskan konsep-konsep.
- Berperan sebagai ilmu yang mengajak kepada orang yang mempunyai rasio secara prima untuk mengenal Tuhan secara lebih bebas melalui pengamatan dan kajian alam dan ekosistemnya secara langsung.
- Berkembang menjadi sains dan filsafat sendiri.
- Kebenaran yang dihasilkan ilmu filsafat: kebenaran korespondensi, koherensi, dan fragmatik.
- Tasawuf
- Lebih menekankan rasa daripada rasio.
- Bersifat subyektif, yakni berkaitan dengan pengalaman.
- Kebenaran yang dihasilkan adalah kebenaran Hudhuri.
- Berperan sebagai ilmu yang member kepuasan kepada orang yang telah melepaskan rasionya secara bebas karena tidak memperoleh apa yang ingin dicarinya.
- Berkembang menjadi tasawuf praktis dan teorotis.
Hubungan Tasawuf dengang Ilmu Kalam
Dalam kaitannya dengan ilmu kalam, ilmu tasawuf berfungsi sebagai pemberi wawasan spiritual dalam pemahaman kalam. Penghayatan yang mendalam melalui hati (dzauq dan widan) terhadap ilmu tauhid atau ilmu kalam menjadikan ilmu ini lebih terhayati atau teraplikasikan dalam perilaku. Dengan demikian, ilmu tasawuf merupakan sisi terapan rohaniah dari ilmu tauhid. Kajian-kajian mereka tentang jiwa dalam pendekatan kefilsafatan ternyata telah banyak memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kesempurnaan kajian tasawuf dalam dunia islam
Pemahaman tentang jiwa dan roh itu sendiri menjadi hal yang esensial dalam tasawuf. Kajian kefilsafatan tentang jiwa dan roh kemudian banyak dikembangkan dalam tasawuf. Namun,perlu juga dicatat bahwa istilah yang lebih banyak dikembangkan dalam tasawuf adalah istilah qalb (hati). Istilah qakb ini memang lebih spesifik dikembangkan dalam tasawuf. Namun, tidak berarti bahwa istilah qalb tidak berpengaruh dengan roh dan jiwa, ilmu kalam pun berfungsi sebagai pengendali ilmu tasawuf. Oleh karena itu, jika timbul suatu akiran yang bertentangan dengan akidah, atau lahir suatu kepercayaan baru yang bertentangan denganAl-Qur’an dan As-Sunnah, atau belum pernah diriwayatkan oleh para ulama salaf, hal itu harus ditolak.
Hubungan ilmu tasawuf dengan filsafat
Kajian-kajian Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Al-Ghazali tentang jiwa dalam pendekatan kefilsafatan ternyata telah banyak memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kesempurnaan kajian tasawuf dalam dunia islam. Pemahaman tentang jiwa dan roh itupun menjadi hal yang esensial dalam tasawuf. Kajian-kajian kefilsafatan tentang jiwa dan roh kemudian banyak di kembangkan dalam tasawuf. Namun, perlu juga dicatatbahwa istilah yang lebih banyak dikembangkan dalam tasawuf adalah istilah qalb (hati). Istilah qalb ini memang lebih spesifik dikembangkan dalam tasawuf. Namun, tidak berarti bahwa istilah qalb tidak berpengaruh terhadap roh dan jiwa.
Hubungan Tasawuf, Ilmu Kalam, dan Filsafat
ketiganya berusaha menemukan apa yang disebut kebenaran (al-haq). Kebenaran, dalam Tasawuf berupa tersingkapnya (kasyaf) kebenaran sejati (Allah melalui mata hati). Kebenaran dalam ilmu Kalam berupa diketahui kebenaran ajaran agama melalui penalaran rasio lalu dirujukkan kepada nash (Al-Qur’an dan hadist). Kebenaran dalam filsafat berupa kebenaran spekulatif tentang segala yang ada (wujud). Maka ketiganya mendalami pencarian segala yang bersifat rahasia (ghaib) yang dianggap sebagai ‘kebenaran terjauh’ dimana tidak semua orang dapat melakukannya.
Comments
Post a Comment