BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingkungan pendidikan Islam merupakan karakter pendidikan yang semstinya diberlakukan secara nasional di negara kita. Islam adalah manhaj Rabbani yang sempurna, tidak membunuh fitrah manusia, dan diturunkan untuk membentuk pribadi yang sempurna dalam diri manusia artinya, pendidikan Islam dapat membentuk pribadi yang mampu mewujudkan keadilan ilahiah dalam komunitas manusia serta mampu mendayagunakan sebab bagaimanapun bila berbicara tentang lembaga pendidikan sebagai wadah berlansungnya pendidikan maka tentunya akan menyangkut masalah lingkungan dimana pendidikan tersebut dilaksanakan.
Berbicara lingkungan pendidikan Islam berarti kita akan berbicara keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lingkungan yang nyaman dan mendukung terselenggaranya suatu pendidikan amat dibutuhkan dan turut berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Demikian pula dalam sistem pendidikan Islam, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sesuai dengan karakteristik pendidikan Islam itu sendiri. KI Hajar Dewantara menganggap ketiga lembaga pendidikan tersebut sebagi tripusat pendidikan maksudnya tiga pusat pendidikan yang secara bertahap dan terpadu mengembang suatu tanggung jawab pendidikan bagi generasi mudanya.
Berbicara lingkungan pendidikan Islam berarti kita akan berbicara keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lingkungan yang nyaman dan mendukung terselenggaranya suatu pendidikan amat dibutuhkan dan turut berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Demikian pula dalam sistem pendidikan Islam, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sesuai dengan karakteristik pendidikan Islam itu sendiri. KI Hajar Dewantara menganggap ketiga lembaga pendidikan tersebut sebagi tripusat pendidikan maksudnya tiga pusat pendidikan yang secara bertahap dan terpadu mengembang suatu tanggung jawab pendidikan bagi generasi mudanya.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Lingkungan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap keberhasilan pendidikan Islam. Karena perkembangan jiwa anak itu sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. Lingkungan dapat memberikan pengaruh yang positif dan pengaruh yang negative terhadap pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak, sikapnya, akhlaknya dan perasaan agamanya. Pengaruh tersebut terutama dating dari teman sebaya dan masyarakat lingkingannya.
A. Pengertian lingkungan pendidikan
Lingkungan dalam pengertian luas mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal, adat istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lain, lingkungan adalah sesutau yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang. Ia adalah seluruh yang ada, baik manusia maupun benda buatan manusia, atau alam yang bergerak atau tidak bergerak, kejadian-kejadian atau hal-hal yang mempunyai hubungan dengan seseorang.
Sejauh manakah seseorang berhubungan dengan lingkungannya, sejauh itu pula terbuka peluang masuknya pengaruh pendidikan kepadanya. Tetapi keadaan-keadaan itu tidak selamanya bernilai pendidikan, artinya mempunyai nilai positif perkembangan seseorang, karena bisa saja malah merusak perkembangannya.
Lingkungan yang nyaman dan mendukung bagi terselenggaranya suatu pendidikan sangat dibutuhkan dan turut berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Demikian pula dalam sistem pendidikan Islam, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sesuai dengan karakteristik pendidikan Islam itu sendiri.
Dengan demikian lingkungan adalah segala yang ada di sekitar anak, baik benda-benda, peristiwa-peristiwa yang terjadi, maupun kondisi masyarakat, terutama yang dapat member pengaruh yang kaut terhadap anak yaitu lingkungan diaman proses pendidikan berlangsung dan lingkungan di mana nak bergaul sehari-hari. Pengaruh lingkungan terhadap anak dapat positif dan dapat pula negatif. Positif apabila memberikan dorongan terhadap keberhasilan proses pendidikan itu. Dikatakan negatif, apabila lingkungan menghambat keberhailan proses pendidikan.
Sejauh manakah seseorang berhubungan dengan lingkungannya, sejauh itu pula terbuka peluang masuknya pengaruh pendidikan kepadanya. Tetapi keadaan-keadaan itu tidak selamanya bernilai pendidikan, artinya mempunyai nilai positif perkembangan seseorang, karena bisa saja malah merusak perkembangannya.
Lingkungan yang nyaman dan mendukung bagi terselenggaranya suatu pendidikan sangat dibutuhkan dan turut berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Demikian pula dalam sistem pendidikan Islam, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sesuai dengan karakteristik pendidikan Islam itu sendiri.
Dengan demikian lingkungan adalah segala yang ada di sekitar anak, baik benda-benda, peristiwa-peristiwa yang terjadi, maupun kondisi masyarakat, terutama yang dapat member pengaruh yang kaut terhadap anak yaitu lingkungan diaman proses pendidikan berlangsung dan lingkungan di mana nak bergaul sehari-hari. Pengaruh lingkungan terhadap anak dapat positif dan dapat pula negatif. Positif apabila memberikan dorongan terhadap keberhasilan proses pendidikan itu. Dikatakan negatif, apabila lingkungan menghambat keberhailan proses pendidikan.
B. Jenis-jenis Lingkungan Pendidikan Islam
Dalam GBHN ( Ketetapan MPR No. IV/MPR/1978 ) berkenaan dengan pendidikan dikemukakan: “ Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah “.
1. Keluarga
Keluarga adalah suatu kesatuan sosial terkecil yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki tempat tinggal dan ditandai oleh kerjasama ekonomi, berkembang, mendidik, melindungi, merawat dan sebagainya. Inti dari keluarga adalah ayah, ibu dan anak. Seperti yang terkandung dalam Q.S At-Tahrim:6 sebagai berikut :
Artinya: “hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap pa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”
Dalam lingkungan keluarga terletak dasar-dasar pendidikan yang berlangsung dengan sendirinya sesuai dengan tatanan pergaulan yang berlaku didalamnya dasar-dasar pengalaman tersebut melalui kasih sayang dan penuh kecintaan, kebutuhan akan kewajiban dan nilai-nilai kepatuhan. Suatu kehidupan keluarga yang baik, sesuai dan tetap manjalankan agama yang dianutnyamerupakan persiapan yang baik untuk memasuki pendidikan sekolah, oleh karena malalui suasana keluarga yang demikian itu tumbuh perkembangan efektif anak secara benar, sehingga ia dapat tumbuh dan berkembang secara wajar.
Pengertian keluarga dalam Islam adalah suatu system kehidupan masyarakat yang terkecil yang dibatasi oleh adanya keturunan (nasab), akibat oleh adanya kesamaan agama. Pembinaan keluarga dalam Islam haruslah melalui perkawinan, dan perkawinan yang dibenarkan adalah monogami dan poligami. Poligami hanya dibenarkan jika suami dapat berlaku adil terhadap istri-istrinya dan itupun berlaku pada kasus-kasus tertentu dengan persyaratan ketat.
Pendidikan dalam lingkungan keluarga menurut H. M Said (1985: 133-134) juga memiliki beberapa fungsi, antara lain :
Pengertian keluarga dalam Islam adalah suatu system kehidupan masyarakat yang terkecil yang dibatasi oleh adanya keturunan (nasab), akibat oleh adanya kesamaan agama. Pembinaan keluarga dalam Islam haruslah melalui perkawinan, dan perkawinan yang dibenarkan adalah monogami dan poligami. Poligami hanya dibenarkan jika suami dapat berlaku adil terhadap istri-istrinya dan itupun berlaku pada kasus-kasus tertentu dengan persyaratan ketat.
Pendidikan dalam lingkungan keluarga menurut H. M Said (1985: 133-134) juga memiliki beberapa fungsi, antara lain :
- Berfungsi kuantifikasi ; anak belajar memperoleh bahasa, peranan dasar, dan cara bereaksi.
- Berfungsi selektif; orang tua selalu menyaring pengalaman-pengalaman anak yang berkaitan dengan penyimpangan budaya luar ang tidak sesuai ideologi keluarga.
- Berfungsi pedagogis intergratif; orang tua mampu menstransfer nilai-nilai yang berlaku ditengah-tengah masyarakat dengan perilaku, teladan, ideologi serta adat istiadat orang tua terhadap anaknya.
2. Kegiatan pendidikan
Pada mulanya dilaksanakan dalam lingkungan dengan menempatkan ayah dan ibu sebagai pendidik utama, dengan semakin dewasanya anak semakin banyak hal-hal yang dibutuhkan untuk dapat hidup di dalam masyarakat secara layak dan wajar. Orang tua memerlukan bantuan dalam mendidik anak-anaknya supaya dapat hidup secara layak di masyarakat, maka sekolahlah lembaga yang tepat untuk mendidik anak-anakya.
Sekolah atau dalam Islam sering disebut madrasah, merupakan lembaga pendidikan formal, juga menentukan membentuk kepribadian anak didik yang Islami. Bahkan sekolah bisa disebut sebagai lembaga pendidikan kedua yang berperan dalam mendidik peserta didik. Hal ini cukup beralasan, mengingat bahwa sekolah merupakan tempat khusus dalam menuntut berbagai ilmu pengetahuan.
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati menyebutkan bahwa disebut sekolah bila mana dalam pendidikan tersebut diadakan di tempat tertentu, teratur, sistematis, mempunyai perpanjangan dan dalam kurun waktu tertentu, berlangsung mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi, dan dilaksanakan berdasarkan aturan resmi yang telah ditetapkan.
Secara historis keberadaan sekolah merupakan perkembangan lebih lanjut dari keberadaan masjid. Sebab, proses pendidikan yang berlangsung di masjid pada periode awal terdapat pendidik, peserta didik, materi dan metode pembelajaran yang diterapkan sesuai dengan materi dan kondisi peserta didik. Hanya saja, dalam mengajarkan suatu materi, terkadang dibutuhkan tanya jawab, pertukaran pikiran, hingga dalam bentuk perdebatan sehingga metode seperti ini kurang serasi dengan ketenangan dan rasa keagungan yang harus ada pada sebagian pengunjung-pengunjung masjid.
Pendidikan agama Islam yang diberikan oleh guru agama di lingkungan sekolah hendaklah dihayati oleh peserta didik secara:
Sekolah atau dalam Islam sering disebut madrasah, merupakan lembaga pendidikan formal, juga menentukan membentuk kepribadian anak didik yang Islami. Bahkan sekolah bisa disebut sebagai lembaga pendidikan kedua yang berperan dalam mendidik peserta didik. Hal ini cukup beralasan, mengingat bahwa sekolah merupakan tempat khusus dalam menuntut berbagai ilmu pengetahuan.
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati menyebutkan bahwa disebut sekolah bila mana dalam pendidikan tersebut diadakan di tempat tertentu, teratur, sistematis, mempunyai perpanjangan dan dalam kurun waktu tertentu, berlangsung mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi, dan dilaksanakan berdasarkan aturan resmi yang telah ditetapkan.
Secara historis keberadaan sekolah merupakan perkembangan lebih lanjut dari keberadaan masjid. Sebab, proses pendidikan yang berlangsung di masjid pada periode awal terdapat pendidik, peserta didik, materi dan metode pembelajaran yang diterapkan sesuai dengan materi dan kondisi peserta didik. Hanya saja, dalam mengajarkan suatu materi, terkadang dibutuhkan tanya jawab, pertukaran pikiran, hingga dalam bentuk perdebatan sehingga metode seperti ini kurang serasi dengan ketenangan dan rasa keagungan yang harus ada pada sebagian pengunjung-pengunjung masjid.
Pendidikan agama Islam yang diberikan oleh guru agama di lingkungan sekolah hendaklah dihayati oleh peserta didik secara:
- Otonomi, yaitu atas kehendak dan tanggung jawab sendiri, bebas dari rasa takut dan keterpaksaan serta rasa pamrih.
- Rasional, yakni sesuai dengan logika peserta didik, bebas dari sifat taqlid kepada pendapat guru agama.
- Objektif, yakni menurut kenyataan yang sebenarnya dan tidak ditutupi oleh hal-hal yang bersifat mistik ataupun keinginan dari guru agama sendiri yang tidak ada dasarnya.
3. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat turut serta memikul tanggung jawab pendidikan. Secara sederhana masyarakat dapat diartikan sebagai kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan Negara, kebudayaan dan agama. Setiap masyarakat mempunyai cita-cita, peraturan-peraturan dan system kekuasaan tertentu. Lembaga pendidikan ini berorientasi langsung kepada hal-hal yang bertalian dengan kehidupan. Pendidikan masyarkat merupakan pendidikan yang menunjang pendidikan keluarga dan sekolah. Masyarakat besar pengaruhnya dalam member arah terhadap pendidikan anak, teruatama para pemimpin masyarakat atau penguasa di dalamnya.
Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertian sikap dan minat, maupun pebentukan kesusilaan dan keagamaan. Dalam perkembangannya, lembaga pendidikan Islam ini menjadi sarana pengembangan pribadi kearah kesempurnaaan sebagai hasil dari pengumpulan dan latihan secara terus menerus.
Social atau masyarakat adalah pendidikan tersier yang merupakan pendidikan terkahir, tetapi bersifat permanen dengan pendidiknya masyarakat itu sendiri secara social, kebudayaan adat istiadat dan kondisi masyarakat setempat sebagai lingkungan material.
Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertian sikap dan minat, maupun pebentukan kesusilaan dan keagamaan. Dalam perkembangannya, lembaga pendidikan Islam ini menjadi sarana pengembangan pribadi kearah kesempurnaaan sebagai hasil dari pengumpulan dan latihan secara terus menerus.
Social atau masyarakat adalah pendidikan tersier yang merupakan pendidikan terkahir, tetapi bersifat permanen dengan pendidiknya masyarakat itu sendiri secara social, kebudayaan adat istiadat dan kondisi masyarakat setempat sebagai lingkungan material.
C. Tujuan Lingkungan Pendidikan Islam
Tujuan dari pendidikan Islam pada hakikatnya sama dan sesuai dengan tujuan diturunkannya agama Islam itu sendiri yaitu untuk membentuk manusia yang mutaqqin.
Oleh karena itu, tujuan pendidikan Islam dapat dipecah menjadi tujuan-tujuan berikut ini:
Tujuan dari pendidikan Islam pada hakikatnya sama dan sesuai dengan tujuan diturunkannya agama Islam itu sendiri yaitu untuk membentuk manusia yang mutaqqin.
Oleh karena itu, tujuan pendidikan Islam dapat dipecah menjadi tujuan-tujuan berikut ini:
- Membentuk manusia muslim yang dapat melaksanakan ibadah maghdah.
- Membentuk manusia muslim yang selain dapat menjalankan ibadah maghadah juga dapat melaksanakan ibdah muamalah dalam kedudukannya sebgai orang perorangan atau sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan tertentu.
- Membentuk warga Negara yang bertanggung jawab kepada masyarakat dan bangsanya dalam rangka bertanggung jawab kepada Allah penciptannya
- Membentuk dan mengembangkan tenaga professional yang siap dan terampil atau tenaga setengah terampil untuk memungkinkan memasuki teknostruktur masyarakatnya.
- Mengembangkan tenaga ahli di bidang ilmu (agama dan ilmu Islam lainnya).
D. Fungsi Lingkungan Pendidikan
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Terdapat hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antara lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lain.
Lingkungan keluarga sebagai dasar pembentukan sikap dan sifat manusia. Lingkungan sekolah sebagai bekal keterampilan dan ilmu pengetahuan, sedangkan lingkungan masyarakat merupakan tempat praktek dari bekal yang diperoleh di keluarga dan sekolah sekaligus sebagai tempat pengembangan kemampuan diri.
Lingkungan keluarga sebagai dasar pembentukan sikap dan sifat manusia. Lingkungan sekolah sebagai bekal keterampilan dan ilmu pengetahuan, sedangkan lingkungan masyarakat merupakan tempat praktek dari bekal yang diperoleh di keluarga dan sekolah sekaligus sebagai tempat pengembangan kemampuan diri.
1. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan terpenting. Pendidikan keluarga memiliki fungsi:
- Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
- Menjamin kehidupan emosional anak.
- Menanamkan dasar pendidikan moral.
- Memberikan dasar pendidikan social
- Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.
- Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanamkan budi pekerti yang baik.
- Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.
- Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.
- Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan benar atau salah, dan sebagainya.
Lembaga pendidikan masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang ketiga sesudah keluarga dan sekolah. Corak ragam pendidikan yang diterima anak didik dalam masyarakat ini banyak sekali, yaitu meliputi segala bidang baik pembentukan kebiasaan, pembentukan pengetahuan, sikap dan minat maupun pembetukan kesusilaan dan keagamaan.
Pendidikan dalam pendidikan masyarakat ini bisa dikatakan pendidikan secara tidak langsung, pendidikan yang dilaksanakan dengan tidak sadar olehh masyarakat. Dan anak didik secara sadar atau tidak telah mendidik dirinya sendiri, mencari pengetahuan dan pengalaman sendiri, mempertebal keimanan serta keyakinan dan keagamaan di dalam masyarakat.
Pendidikan dalam pendidikan masyarakat ini bisa dikatakan pendidikan secara tidak langsung, pendidikan yang dilaksanakan dengan tidak sadar olehh masyarakat. Dan anak didik secara sadar atau tidak telah mendidik dirinya sendiri, mencari pengetahuan dan pengalaman sendiri, mempertebal keimanan serta keyakinan dan keagamaan di dalam masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
- Departemen Agama RI. 2008. Al-Qur’an dan Terjemahannya. CV. Penerbit Diponegoro. Bandung
- Musfah Jejen. 2012.PENDIDIKAN HOLISTIK: Pendekatan Lintas Perspektif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta
- Baqi Muhammad Fuad Abdul. 2017. Shahih Bukhari – Muslim. PT Elex Media Komputindo Kompas-Gramedia. Jakarta
- Aeni Ani Nur. 2014. Pendidikan Karakter untuk Mahasiswa PGSD. UPI PRESS. Bandung
- https://www.kajianpustaka.com/2017/08/pengertian-unsur-dan-pembentukan-karakter. html di download pada 24 oktober 2019
Comments
Post a Comment